PROSES SOSIAL SEBAGAI ALAT KESEIMBANGAN SISTEM SOSIAL INDONESIA
A. Pendahuluan
Rungan lingkup dalam system sosial memang menjadi bahasan penting yang harus kita mengerti. Proses sosial sangat di pengaruhi oleh tatan sosial masyarakat, apabila dalam tatanan masyarakat yang seimbang dan harmonis maka proses sosial pun aka berjalan dengan baik dan sebaliknya apabila tatanan sosial dalam mayarakat tidak seimbanga atau kacau maka proses sosialnya pun menjadi terganggu yanga pada akhirnya juga dapat mempengaruhi system sosial dalam masyarakat tersebut. Dalam bahasan kali ini kita akan membahas lebi jahu apakah ruang lingkup dalam proses sosial yang nantinya di pengarui oleh system sosial mayarakat dalam susatu daerah. Kita semua tahu bahwa masyarakat Indonesia adalah bangsa yang majemuk karena didalamnya terdapat banyak perbedaan suku bangsa, agama adat, bahasa daerah dan latar belakang kehiudupan sosial mereka, ini semua yang membuat masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang majemuk, di ungkapkan oleh Furnivall pada masa pemerintahan Hindia-Belanda masyarakat Indonesia terbagi dalam tiga golongan yaitu golongan masyarakat Belanda, golongan masyarakan Tionghoa dan golongan masyarakat Pribumi mereka mempunyai pola dan nilai-nilai yang menjadi dasar kehidupan mereka yang sangat mengakar kuat dalam kehidupan bernasyarakat. Dengan adanya nilai-nilai yang dianut dari taip golongan sulit sekali pada saat itu terjadi pengintegrasian mereka mengaanggap kelompoknya paling baik, yang menyebabkan tidak adanya kehendak bersama atau permintaan sosial yang dihayati bersama oleh seluruh elemen masyarakat (common social demand) mereka hanya bekerjasama dalam masalah ekonomi yang akhirnya menghantarkan mereka pada cara bagai mana memenuhi kebutuhan mereka seperti golongan Belanda sebagai masyarakat perkebunan, golongan Pribumi sebagai mastarakat pertanian dan golongan Tionghoa sebagi golongan pemasaran diantara kedua golongan tersebut. Semua yang kita gambarkan adalah gambaran dari masyarakat Indonesia pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, sedangkan keadaan masyarakat pada masa kini gambaran pada masa dulu dijadikan rujukan untuk melihat kemajemukan masyarakat Indonesia pada masa yang sekarang dengan gambaran tersebut kita akan dapat mendiskripsikan masyarakat majemuk sebagi masyarakat yang mempunyai beberapa karateristik yang di ungkapkan oleh Pierre L. van den Berghe sebagai sebagai sifat dasar dari suatu masyarakat majemuk, yaitu: 1) Adanya bentuk-bentuk dalam kedalam kelompok yang memiliki sub kebudayaan yang berbeda, 2) Memiliki struktur sosial yang dan lembaga yang bersifat non parlementer, 3) Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar, 4) Seringannya konflik antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. 5) Secara relative integrasi sosial tumbuh karena paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi, 6) adanya dominasi pilitik oleh suatu kelompok atas kelompok lain.
B. Ruang lingkup proses sosial
Dalam kehidupan masyarakat proses sosial akan selalu ada karena proses sosial adalah bagian yang mutlak untuk menjalankan kehidupan masyarakat mustahil adanya suatu masyarakat yang memiliki system sosial apabila tidak dimulai dengan proses sosial terlebih dahulu, karena dengan adanya proses sosial maka maka masyarakat akan menjadi suatu hubungan yang terjalin secara timbale balik dengan begitu makan akan terjadi suatu kelompok dan kelopok itu pun pada akhirnya akan menjadi masyarak iat. Dan bentuk proses sosial adalah interaksi sosial.
B.1 Pengertian proses sosial
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
B.2 Interaksi sosial
Salah satu dari bentuk realitas sosial yaitu interaksi, bagi ahli sosiolagi, interaksi sosial dalam masyarakat dilakukan secara terus menerus adalah sebuah proses untuk membentuk kenyataan sosial yang perlu dipertanyaakan dan di bongkar untuk kemudian merangkainya kembali dalam suatu bentuk analistis tertentu yang dapat ditelit, dan dikomunikasikan kepada orang lain, serta bisa diuji kembali kebenaranya.
B.2.1. Pengertian interaksi sosial
Interaksi sosial adalah suatu bentuk hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan timbal balik yang dilakukan antara individu dengan individu, Individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dengan kontak sosial dan komunikasi sebagai sarana untuk mengungkapkan tujuan dari proses interaksi tersebut. Dengan pernyataan diatas makna dari sebuah interaksi sosial cukup luas sehinggah timbul berbagai pengertian yang berbeda dari beberapa sumber tetapi pada hakikatnya interaksi sosial ialah suatu proses sosial dalam masyarakat dalam memenuhi kebutuhanya dalam berbagai hal yang menuntut untuk berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain dan terjadi reaksi antara keduanya.
B.2.2. Syarat terjadinya interaksi sosial
a. Adanya kontak sosial (Social Contact)
Berasal dari kata con (bersama-sama) dan tango artinya menyentuh. Namun tidak secara harfiah bersentuhan badan,tetapi bisa lewat bicara., melalui telepon, telegram, surat, radio, dan sebagainya. Kontak sosial ada yang bersifat primer dan sekunder, kontak sosial bersifat primer adalah kontak yang terjadi ecara langsung dengan cara berbicara, tersenyum, berjabat tangan dan sebagainya, sedangkan kontak secara sekunder adalah kontak yang terjadi dengan perantara, misalnya melalui telepon, dan meminta tolong ecara perantara.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah alat yang sangan urgen dalam sebuah interaksi sosial, oleh karena itu komunikasi dijadikan syarat dasar dalam proses interaksi sosial. Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada prilaku orang lain dan maksud yang akan kita sampaikan yang kepada orang yang berwujud pembicaraan, gerak gerik badaniah atau siakap, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang lain.
B.2.3. Jenis-jenis interaksi sosial
Interksi sosial dapat terjadi dalam kondisi apa pun dan dimana pun, yang pada saat itu kita membutuhkan orang lain untuk mengerti apa yang kita maksud deangn tujuan minta pertolangan atau yang lain. Jenis-jenis interaksi sosial yaitu intraksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
B.2.4. Ciri-ciri interaksi sosial
Apabila kita perhatika bahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebgai berikut:
pelakunya lebih dari satu orang
ada komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, terlepas dari sama tidaknya tujuan tersebut dengan yang dipikirkan pelaku
ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa datang) yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.
B.2.5. Faktor-faktor yang mendasari terbentuknya interaksi sosial
a. Sugesti adalah rangsangan atau pengaruh yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti yang disugestikan tanpa harus berpikir lagi secara kritis dan rasional.
b. Imitasi adalah proses sosisal atau tindakan seseorang untuk meniru tindakan orang lain, baiak secara pemanpilan, sikap, maupun gaya hidup. Pertama kali proses imitasi terjadi pada lingkungan keluarga.
c. Identifikasi adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. Oleh sebab itu, proses identifikasi erat sekali kaitannya dengan imitasi. Pola meniru sudah begitu erat, sehingga si peniru sudah mengidentifikasi dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunuya.
d. Simpati adalah proses kejiwaan seorang individu yang merasa tertarik kepada seseprang atau kelompok orang karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya.
e. Motivasi adalah dorangan, rangsangan, pengaruh yang diberikan seseorang individu kepada individu lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan rasa penuh tanggung jawab.
f. Empati adalah proses kejiwaan seseorang individu untuk larut dalam keadaan orang lain yang sedang dalam perasaan senang maupun duka.
B.2.6. Bentuk-bentuk interaksi sosial
Kerja sama dan konflik sosial adalah dua macam bentuk interaksi soaial yang bersifat sangat berlawanan. Semua garis besar interaksi soaial dapat kita klasifikasikan dalm dua hal. Yaitu interaksi sosaial yang bersifat asosiatif dan interaksi sosial yang bersifat disosiatif.
a. Interaksi Sosial yang Bersifat Asosiatif
Interaksi sosial yang mengarah kepada bentuk kerja sama seperti, kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
1) Kerja sama adalah bentuk utama dari proses interaksi sosial karena pada dasarnnya individu atau kelompok melaksanakan interaksi sosial untuk memenuhi kebutuhan bersama. Bentuk-bentuk kerjasama antara lain:
Bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
Cooptation yaitu penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dari suatu organisasi untung menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi tersebut.
Coalition yaitu gabungan antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang bersama.
Joint venture yaitu kerjasama dalam usaha proyek-proyek tertentu.
2) Akomodasi adalah proses pertentangan atau konflik untuk mencapai kestabilan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga pihak lawan tidak kehilangan kepribadiaan.
Tujuan akomodasi adalah
mengurangi pertentangan akibat perbedaan paham
mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu, dan
mewujudkan kerjasama antara kelompok-kelompok yang hidup terpisah akibat pisikologis secara kultural dan mengusahakan peleburan kelompok-kelompok sosial yang terpisah.
Akomodasi mempunyai bentuk-bentuk sebagai berikut.
a) Coercion yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena ada paksaan.
b) Compromise yaitu bentuk akomodasi di mana masing-masing pihak yang terlibat mengurangi tuntutanya.
c) Arbitrase (arbitration) yaitu cara mennyelesaikan konflik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai, keputusannya bersifat mengikat.
d) Toleransi yaitu sikap saling menghargai dan pendirian masing-masing pihak.
e) Mediasi yaitu menyelesaikan konflik dengan pihak ketiga yang netral yang berfungsi sebagai penasehat. Keputusan pihak ketiga ini tidak mengikat.
f) Konvernsi yaitu penyelesaian konflikapabila salah satu pihakbersedia mengalah dam mau menerima pendirian pihak lain.
g) Konsiliasi yaitu penyelesaian konflik dengan jalan mempertemukan pihak-pihak yang bertentangan dengan perundingan agar memperoleh kesepakatan bersama.
h) Ajudikasi yaitu penyelesaian konflk di pengadilan.
i) Stalemate yaitu pihak-pihak yang bersengketa mempunyai kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu posisi tertentu. Hal ini terjadi karena keduanya tidak ada harapan untuk maju atau mundur.
j) Segregasi yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara diantara pihak-pihak yang bertentang dalam rangka mengurangi ketegangan.
k) Cease fire yaitu menangguhkan permusuhan atau peperangan dalam jangka waktu tertentu, sambil mengupayakan terselenggaranya penyelesaian konflik, diantara pihak-pihak yang bertikai.
l) Dispasement yaitu usaha mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek masing-masing.
3) Asimilasi adalah proses yang tapabila ada kelompok masyarakat dengan lataer belakang yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu yang lama. Dengan adanya proses asimilasi kebudayaan asli akan melebur menjadi kebudayaan baru yang merupakan penyatuan kebudayaan dari masyarakat.
4) Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok masyarakat denang suatu kebudayaannyadihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing. Dengan demikian unsur-unsur kebudayaan asing melebur kedalam kebudayaan asli.
b. Interaksi Sosial yang Bersifat Disosiatif
Interaksi sosial yang bersifat disosiatif mengarah kepad bentuk-bentuk pertentangan atau konflik yang berwujud persaingan, kompetisi, kontravensi dan permusuhan.
1) Persaingaan (kompetisi) adalah suatu proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok dalam mencapi keuntungan melalui bidang kehidupan deangan menggunakan norma-norma yang telah ada tanpa ancaman dan paksaan.
2) kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan atau konflik.
3) Permusuhan adalah keadaan yang membuat salah satu pihak merintangi atau menjadi penghalang bagi individu atau kelompok dalam melakukan kegiatan tertentu.
B.2.7 Bentuk-bentuk konflik
a) Konflik individual adalah konflik yang terjadi antara individu satu dengan individu lain disebabkan karena benturan kepentingan.
b) Konflik antar kelas sosial adalah konflik yang terjadi antara kelas yang satu dengan kelas yang lain, misalnya kelas pengusaha dengan kelas buruh.
c) Konflk rasial adalah konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara ras yang satu dengan ras yang lain.
d) Konflik politik adalah yang konflik yang terjadi apabila suatu kelompok dengan kelompok lain mempunyai kepentingan yang sama , dalam hal bagaimana mencari kekuasaan dalam segalah bidang.
e) Konflik internasional adalah konflik yang terjadi antara bangsa yang satu dengan yang alaian karena benturan kepentingan.
B.2.8 Tindakan sebagai unsur interaksi sosial
Interaksi sosial terdiri atas dua unsur, yaitu tindaka sosial dan keterkaitan antara tindakan sosial. Tindakan sosial adalah unsure pembentuk interaksi sosial. Tindakan sosial merupakan tindakan yang bermana, yakni tindakan yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan keberadaan orang lain sebagai objek dari tindakan tersebut sehingga tindakan tersebut akan menpunyai tujuan yang jelas.
Jenis-jenis tindakan sosial:
1) Rasionalitas instrumental, tindakan ini mempunyai tujuan yang jelas dan rasional dan tindakanya dilakukan dengan perencanaan yang sudah dibuat terlebih dahulu.
2) Rasionalitas yang berorientasi nilai , tindakan ini dilakukan dengan pemahaman nilai yang sudah ditanamkan dalam dirinya yang bersifat absolute. Contoh tindakan ini Seperti beribadah.
3) Tindakan tradisional, tindakan ini kurang rasional karena semua yamng dilakukan dalam tindakan ini hanya mengikuti tradisi nenek moyang daerah tersebut, tanpa mempertimbangkan apa manfaatnya dan keburukannya.
4) Tindakan afektif, tindakan ini bersifat sepontan didominasi oleh perasaan seseorang tanpa refleksi pengetahuan atau perencanaan sadar.seperti gemetar karena ketakutan, dll.
C. Sistem Sosial
C.1 Pengertian sistem
Konsep yang menjelaskan:
Konsep yang menjelaskan:
Suatu kompleksitas dari saling ketergantungan antar bagian-bagian,komponen-komponen, dan proses-proses yang melingkupi aturan-aturan tata hubungan yang dapat dikenali.
Suatu tipe serupa dari saling ketergantungan antar kompleksitas tersebut dengan lingkungan sekitarnya
C.2 Ciri-ciri khusus dari satu sistem
Ciri-Ciri khusus Dari satu sistem adalah:
a. Sistem terdiri dari banyak bagian/komponen.
b. Komponen-komponen sistem saling berhubungan satu sama lain dalam pola saling ketergantungan.
c. Keseluruhan sistem lebih dari sekadar penjumlahan dari komponen-komponennya. (lebih kea rah kualitas. kontribusi dari komsumen yang satu dan yang lain)
Talcott Parsons : Sistem sebagai sebuah pengertian yang menunjuk pada adanya saling ketergantungan antara bagian-bagian, komponen-komponen, dan proses-proses yang mengatur hubungan tersebut. Parsons menambahkan karakteristik lain dari suatu sistem yaitu bahwa sistem sosial cenderung akan selalu mempertahankan keseimbangan.
(katup pengaman AGIL: Adaptation, goal attainment, integration, latent pattern maintenance).
Goal attainment: tujuan yang ingin dicapai
Integration: Kemampuan untuk berintegrasi
Latent pattern maintenance: pola-pola yang tidak kelihatan
(Tercipta social order: keteraturan).
Dalam konsep saling ketergantungan ciri-ciri antara lain:
1.Paling kurang ada dua bagian atau lebih yang saling menjadi gantungan bagi yang lainnya.
2.Dalam konsep saling ketergantungan kata “saling” tidak harus diinterpretasikan sebagai keadaan yang memperlihatkan keseimbangan murni, misalnya 50% berbanding 50%.
3.Dalam konsep saling ketergantungan terkadang adanya saling membutuhkan dengan pengertian bahwa saling membutuhkan itu tidak selamanya harus seimbang oleh sebab itu kebutuhan satu elemen atau bagian erat berkaitan dengan elemen lainnya dalam sistem tersebut.
Menurut Auguste Comte beberapa pokok pikiran penting yang terdapat dari organisma biologis ada kesamaanya dengan organisasi sosial. Alasan Comte:
1. Sosiologi dan biologi mempunyai hubungan yang sangat erat karena keduanya mempelajari organisma. Biologi mempelajari organisma tubuh organik sedangkan sosiologi mempelajari masyarakat organic atau organisma sosial.
2. Begitu dekatnya biologi dan sosiologi sehingga yang disebut dengan istilah masyarakat atau organisma sosial adalah terdiri dari keluarga-keluarga sebagai elemen atau sel, kelas-kelas atau lapisan dalam masyarakat adalah kelenjar-kelenjar, kota adalah organ-organnya.
3. Sosiologi dalam pandangan Comte merupakan ilmu poditif atau ilmu empiric yang dapat menggunakan metode ilmiah untuk membuat masyarakat menjadi lebih baik.
4. Comte sangat menganjurkan keteraturan sosial dan keseimbangan dan membenci kekacauan.
Pokok-poko pikiran H. Spencer
1. Proses evolusi berjalan dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks. Ini merupakan analogi berarti sebagai organisma sosial masyarakat berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
2. Mencakup perbandingan antara individu sebagai makhluk biologis dan masyarakat sebagai makhluk sosial.
Alasan analogi Spencer.
1. Masyarakat bertumbuh dan berkembang dar yang sederhana ke yang kompleks.
2. Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat berjalan secara pelan-pelan atau evolusioner.
3. Walaupun jumlah institusi sosial itu bertambah banyak hubungan antara institusi dengan institusi lainnya tetap dipertahankan karena semua institusi itu berkembang dari institusi yang sama.
4. Seperti halnya bagia dalam organisma biologis, bagian-bagian organisma sosial itu memiliki sistem-sistemnya sendiri (sebagai sub sistem) yang dalam beberapa hal tertentu dia berdikari.
Kehidupan sosial sebagai suatu sistem sosial.
Kehidupan sistem sosial harus dipandang sebagai suatu sistem yaitu sistem sosial yakni suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsure-unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan oleh karena itu kehidupan sosial pada dasarnya ditandai oleh:
a. Adanya manusia yang hidup bersama yang dalam ukuran minimalnya berjumlah dua orang atau lebih.
b. Manusia tersebut bergaul atau berhubungan dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama oleh karena itu terjadilah adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan.
c. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d. Suatu sistem kehidupan bersama
Ciri-ciri interaksi sosial menurut Loomis.
1. Pihak yang berinteraksi berjumlah lebih dari satu orang
2. Adanya komunikasi antara pihak-pihak tersebut dengan menggunakan lambing-lambang tertentu
3. Adanya dimensi waktu yang mencakup masa lampau, masa kini, dan masa mendatang
4. Adanya tujuan-tujuan tertentu
“Kehidupan sosial dapat dilihat dalam struktur sosial”
Struktur sosial adalah suatu pergaulan hidup manusia meliputi barbagai tipe kelompok yang terjadi dari orang banyak dan meliputi pula lembaga-lembaga dimana orang banyak tadi ambil bagian.
Di dalam struktur sosial terdapat pranata atau lembaga sosial.
Talcot parsons mengatakan pranata-pranata atau pola-pola kelembagaan adalah suatu aspek pokok mengenai apa yang digeneralisasikan merupakan struktur sosial.
Kelompok sosial
Salah satu wujud dari struktur sosial adalah kelompok sosial. Kelompok sosial merupakan kumpulan manusia tetapi bukan sembarang kumpulan. Suatu kumpulan manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara yang satu dengan lainnya dalam kelompok itu.
3. Adanya suatu factor yang dimiliki bersama oleh anggota-aggota kelompok itu sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
Lembaga sosial (menurut selo soemarjan)
Pranata sosial (menurut Koentjaraningrat)
Lembaga sosial/lembaga kemasyarakatan adalah himpunan dari norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kehidupan pokok di dalam kehidupan masyaarakat.
Menurut Rosed dan Warren, lembaga sosial adalah pola-pola yang telah mempunyai kedudukan tetap atau pasti untuk mempertemukan macam-macam kebutuhan manusia yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan dengan mendapatkan persetujuan dengan cara-cara yang sudah tidak dapat dipungkiri lagi untuk memenuhi konsep kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan suatu struktur.
“Pranata keluarga, pendidikan, ekonomi, agama” Menurut Koentjaraningrat.
Margono Slamet: pranata keluarga, ekonomi, pemerintahan, agama dan norma-norma, pendidikan dan penerangan umum, dan kelas masyarakat.
Unsur-unsur sistem sosial
Suatu sistem sosial yang menjadi pusat perhatian barbagai ilmu sosial pada dasarnya merupakan wadah dari proses-proses dan pola-pola interaksi sosial.
Menurut Soryono Soekanto unsur-unsur pokok suatu sistem sosial adalah:
1. kepercayaan yang merupakan pemahaman terhadap semua aspek alam semesta yang dianggap sebagai suatu kebenaran mutlak.
2. Perasaan dan pikiran yaitu suatu keadaan kejiwaan manusia yang menyangkut keadaan sekelilingnya baik yang bersifat alamiah maupun sosial.
3. Tujuan merupakan suatu cita-cita yang harus dicapai dengan cara mengubah sesuatu atau mempertahankannya.
4. Kaidah atau norma yang merupakan pedoman untuk bersikap/berperilaku secara pantas.
5. Kedudukan dan peranan: kedudukan merupakan posisi-posisi tertentu secara vertical sedangkan peranan adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik secara structural maupun prosesual.
6. Penguasaan yang merupakan proses yang bertujuan untuk mengajak, mendidik, atau bahkan memaksa masyarakat untuk mentaati kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.
7. Sanksi-sanksi positif dan negative.
8. Fasilitas
9. Keserasian dan kelangsungan hidup
10. Keserasian antara kualitas hidup dengan lingkungan
C.3 Sifat dan proses utama dalam sistem sosial
1. Sifat terbuka sistem sosial. Sistem sosial pada umumnya di dalamnya terjadi proses yang saling pengaruh mempengaruhi, hal ini terjadi karena adanya saling keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya atau satu bagian dengan bagian lainnya atau antara subsistem dengan subsistem lainnya.
Menurut Margono slamet mengatakan suatu sistem sosial dipengaruhi
1.Ekologi, tempat, dan geografi (dimana masyarakat itu berada)
2.Demografi yang menyangkut populasi, susunan, dan cirri-ciri populasi
3.Kebudayaan menyangkut nilai-nilai sosial, sistem kepercayaan dan norma-norma dalam masyarakat
4.Kepribadian meliputi sikap mental, semangat, temperamen dan cirri-ciri psikologis masyarakat
5.Waktu
Emille Durkheim
Konsep saling ketergantungan
syaratnya: melihat masyarakat sebagai suatu kesatuan
masyarakat dilihat sebagai fakta sosial
Fakta sosial adalah kumpulan norma, nilai, dan sebagainya yang memaksa anggota masyarakat untuk tunduk dan patuh.
Solidaritas sosial: Keadaan menjadi satu atau bersahabat yang muncul karena adanya tanggung jawab bersama dan kepentingan bersama diantara para anggotanya
Tipe solidaritas sosial terbagi: solidaritas mekanik (biasanya di pedesaan) dan solidaritas organik (biasanya di perkotaan)
“social consciousness” = kesadaran sosial
Kesadaran sosial ini yaitu sadar akan adanya kelompok dimana kita termasuk di dalamnya.
Integrasi sosial : membuat unsur-unsur tertentu menjadi satu kebutuhan yang bulat dan utuh. Contoh konkret membuat masyarakat menjadi satu kesatuan yang bulat
Integrasi sosial: suatu usaha untuk membangun ketergantungan yang lebih erat antara bagian-bagian atau unsur-unsur dari masyarakat sehingga tercipta suatu kesadaran yang lebih harmonis yang memungkinkan terjalinnya kerja sama dalam rangka mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Kesadaran kolektif : sadar akan adanya kelompok
Elemen-elemen dasar yang terdapat dalam konsep kesadaran kolektif
1. Adanya perasaan senasib dalam satu komunitas
2. Adanya kewajiban moral untuk melaksanakan tuntutan-tuntutan yang diberikan oleh komunitas
Talcot parsons membagi dua dikotomi
1. Masyarakat tradisional
2. Masyarakat modern
Sifat-sifat masyarakat di atas disebut variable berpola.
Masyarakat tradisional cirri-cirinya:
1. Afektif
2. Berorientasi kolektif
3. Partikularistik= bersifat khusus
4. Askriptif : kedudukan seseorang dilihat dari latar belakang sejarah/keluarganya
5. Kekaburan/amorf: pesan yang dilakukan para anggota tidak special
Masyarakat modern cirri-cirnya
1. Netral afektif : tidak berdasarkan perasaan
2. Berorientasi nilai
3. Universalistik: hubungan sosialnya tidak bersifat khusus
4. Prestasif: kedudukan seseorang berdasarkan prestasi
5. Spesifik: pekerjaan jelas
C.4 Masyarakat mahluk (Plural society)
J.S Furnival
Menurrut J.S Furnival, pada masa Hindia Belanda masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yaitu suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada perbedaan satu sama lain di dalam satu kesatuan politik. Di dalam kehidupan politik pertanda yang paling jelas dari masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk adalah tidak adanya kehendak bersama. Sebagai masyarakat majemuk, mereka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai memiliki perbedaan ras. Orang-orang Belanda sebagai elit yang memerintah, orang-orang China sebagai kelas menengah, sedangkan orang-orang pribumi sebagai kelompok terbesar merupakan kelas bawah.
Pada masa itu, masyarakat Indonesia secara keseluruhan terdiri dari elemen-elemen yang terpisah satu sama lain oleh karena perbedaan ras. Masing-masing lebih merupakan kumpulan individu-individu, sebagai suatu keseluruhan yang bersifat organis. Sebagai individu kehidupan sosial mereka tidak utuh. Orang-orang Belanda pada masa itu, datang ke Indonesia untuk bekerja. Orang-orang China datang ke Indonesia untuk kepentingan Ekonomi. Sementara orang pribumi, tidak lebih sebagai pelayan di negerinya sendiri. Kelompok masyarakat ini, melalui agama, kebudayaan, dan bahasa masing-masing mempertahankan atau memelihara pola pikir dan cara-cara hidup mereka. Hasilnya berupa masyarakat Indonesia yang sebagai keseluruhan tidak memiliki kehendak bersama.
Pandangan lainnya mengenai masyarakat majemuk juga dikemukakan oleh Cliforts goerts. Dia mengemukakan bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi-bagi dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri. Dimana masing-masing subsistem terikat ke dalam ikatan-ikatan yang bersifat primordial. Selain itu Piere L. Van den Bergher juga mengemukakan beberapa cirri sebagai sifat dasar masyarakat majemuk, yaitu:
1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki sub kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat noncomplementer
3. Kurang mengembangkan consensus diantara para anggotanya terhadapa nilai-nilai yang bersifat dasar
4. Secara relatif seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain
5. Secara relative integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi
6. Adanya dominasi oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok lain.
Ditinjau dari struktur masyarakat secara horizontal kenyataan menunjukkan pada masyarakat kita ada kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, etnik, perbedaan-perbedaan agama, perbedaan-perbedaan adapt istiadat, perbedaan-perbedaan kedaerahan. Sedangkan secara vertical adanya perbedaan-perbedaan antara lapisan atas dan lapisan bawah cukup tajam
Melihat kondisi ini, hal diatas ini juga dapat merupakan sumber konflik.
Dari analisa tadi melahirkan dua toeri yaitu : teori konsensus dan teori konflik.
Teori yang saling bertentangan.
Model masyarakat dalam model konsensus
1.Norma dan nilai merupakan elemen-elemen dasar dalam kehidupan sosial
2.Konsekuensi kehidupan sosial adalah komitmen
3.Masyarakat pasti kompak
4.Kehidupan sosial tergantung pada solidaritas
5.Kehidupan sosial didasarkan pada kerja sama dan saling memperhatikan atau saling membutuhkan
6.Sistem sosial tergabung pada konsensus
7.Masyarakat mengakui adanya otoritas yang abash
8.sistem sosial bersifat integratif
9.Sistem sosial cenderung bertahan
Model masyarkat menurut model konflik
1.Kepentingan merupakan elemen dasar dalam kehidupan sosial
2.Konsekuensi kehidupan sosial adalah paksaan
3.Kehidupan sosial pasti terpecah belah
4.Kehidupan sosial menghasilkan oposisi, perpecahan, dan permusuhan
5.Kehidupan sosial menghasilkan konflik yang berstruktur
6.Kehidupan sosial menghasilkan kepentingan yang sudah dikotak-kotakkan
7.Diferensiasi sosial menghasilkan kekuasaan
8.Sistem sosial merusak integrasi dan padat kontradiksi
9.Sistem sosial cenderung berubah
Model integrasi
1.Setiap masyarakat secara relative bersifat langsung
2.Setiap masyarakat merupakan struktur elemen-elemen yang terintegrasi dengan baik
3.Setiap elemen dalam suatu masyarakat memiliki suatu fungsi yaitu menyumbang pada bertahannya sistem itu
4.Setiap struktur sosial yang berfungsi di dasarkan pada konsensus nilai di antara para anggotanya
Model Konflik
1.Setiap masyarakat kapan saja tunduk pada proses-proses perubahan sehingga perubahan sosial ada di mana-mana
2.Setiap masyarakat kapan saja memperlihatkan perpecahan dan konflik-konflik sosial ada di mana-mana
3.Setiap elemen dalam masyarakat menyumbang pada disintegrasi dan perubahan
4.Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan atas beberapa anggotanya oleh orang lain
Lewis Kauser menganalisis fungsi konflik dalam masyarakat dan pendapatnya adala sebagai berikut:
1.Konflik dapat merupakan cara/alat untuk mempertahankan, mempersatukan, mempertegas sistem sosial yang ada
2.Dalam setiap masyarakat seringkali berkembang satu atau beberapa budaya
3.mekanisme untuk meredakan ketegangan yang ada, sehingga struktur itu sebagai keseluruhan tidak terancam. Mekanisme oleh Causer disebut dengan safetywalfer atau katup pengaman
4.Causer juga mengmukakan yang sangat menarik untuk kita ketahui yaitu mengenai jenis konflik. Ada konflik realistik dan non realistic. Konflik realistik yang muncul dengan alasan yang tidak jelas.
Istilah integrasi berasal dari kata/bahasa latin “integrare” yang memiliki arti memberi tempat pada suatu keseluruhan
Integrare (kata kerja). Integritas (kata benda), kemudian keduanya menjadi kata sifat (integer). Integritas artinya kebulatan/keutuhan. Istilah integrasi berarti membuat unsur-unsur tertentu menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh
Integrasi sosial: membuat masyarakat menjadi satu keseluruhan yang bulat. Kegiatan tersebut dapat digunakan pada masyarakat mikro, meso, makro.
Masyarakat mikro: misalnya keluarga
Masyarakat meso: misalnya organisasi
masyarakat makro: misalnya bangsa
Unsur-unsur yang mendukung masyarakat makro (bangsa)
1.Adanya sejumlah kelompok etnis, tiap-tiap kelompok merasa dirinya berasal dari keturunan yang berbeda. Perbedaan itu bisa dilihat dari sosok yang berbeda (kulit, bentuk, tubuh)
2.adanya perbedaan corak budaya. Perbedaan ini terlihat pada bahasa sehari-hari, adat istiadat, pola-pola kelakuan, dan sebagainya
3.adanya perbedaan agama dan kepercayaan. Tiap suku mempunyai agama dan kepercayaan asli yang berbeda. Suku yang tidak mempertahankan agama asli, kemudian memeluk agama dan kepercayaan diri
4.adanya perbedaan kekayaan alam
unsur-unsur yang mendorong integrasi sosial
1.daerah-daerah yang kumulatif luas dan ternyata mempunyai sifat-sifatnya persamaan, misalnya situasi klimatologis, hidrologis serta flora dan fauna
2.pengalaman yang sama pada masa silam (pengalaman politik, pengalaman yang sama mengalami bencana)
3.kemauan bersama untuk menjadi satu bangsa, dengan satu sosial budaya yang sama, tanpa mengorbankan nilai-nilai budaya kedaerahan
4.ada ideologi dan undang-undang dasar yang sama yang dinyatakan secara konkret dengan satu lambing nasional
C.5 Definisi integrasi
Integrasi statis adalah keadaan kesatuan dan persatuan sejumlah kelompok etnis dan kelompok sosial yang beragam, di mana masing-masing kelompok tempat yang sesuai dalam struktur dan fungsi sosial budaya pada lapisan yang lebih tinggi
Integrasi dinamis didefinisikan sebagai keadaan kesatuan dan persatuan sejumlah kelompok etnis dan kelompok sosial beserta sistem sosial budaya mereka, dalam struktur sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan fungsinya dapat disesuaikan dalam situasi dan kondisi yang berubah-ubah dalam mencapai tujuan bersama
Keuntungan dan kerugian sistem integrasi statis
Etnik yang tertinggal dan terisolasi dapat ditingkatkan ke tingkatan yang lebih cerdas, beradab, setaraf dengan etnik-etnik yang lebih maju
Berkat ketaatannya yang disiplin dan seragam di segala bidang kehidupan, penyelewengan dapat dikurangi sehingga tercipta ketenangan dan keamanan
Sisi negatif integrasi statis
Suku atau golongan yang sudah maju dan berkebudayaan tinggi, merasa perkembangan dihambat karena harus mengikuti ritme resmi yang sama dengan golongan lain yang belum maju
C.6 Sistem sosial di Indonesia
Kita semua tahu bahwa masyarakat Indonesia adalah bangsa yang majemuk karena didalamnya terdapat banyak perbedaan suku bangsa, agama adat, bahasa daerah dan latar belakang kehiudupan sosial mereka, ini semua yang membuat masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang majemuk, di ungkapkan oleh Furnivall pada masa pemerintahan Hindia-Belanda masyarakat Indonesia terbagi dalam tiga golongan yaitu golongan masyarakat Belanda, golongan masyarakan Tionghoa dan golongan masyarakat Pribumi mereka mempunyai pola dan nilai-nilai yang menjadi dasar kehidupan mereka yang sangat mengakar kuat dalam kehidupan bernasyarakat. Dengan adanya nilai-nilai yang dianut dari taip golongan sulit sekali pada saat itu terjadi pengintegrasian mereka mengaanggap kelompoknya paling baik, yang menyebabkan tidak adanya kehendak bersama atau permintaan sosial yang dihayati bersama oleh seluruh elemen masyarakat (common social demand) mereka hanya bekerjasama dalam masalah ekonomi yang akhirnya menghantarkan mereka pada cara bagai mana memenuhi kebutuhan mereka seperti golongan Belanda sebagai masyarakat perkebunan, golongan Pribumi sebagai mastarakat pertanian dan golongan Tionghoa sebagi golongan pemasaran diantara kedua golongan tersebut. Semua yang kita gambarkan adalah gambaran dari masyarakat Indonesia pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, sedangkan keadaan masyarakat pada masa kini gambaran pada masa dulu dijadikan rujukan untuk melihat kemajemukan masyarakat Indonesia pada masa yang sekarang dengan gambaran tersebut kita akan dapat mendiskripsikan masyarakat majemuk sebagi masyarakat yang mempunyai beberapa karateristik yang di ungkapkan oleh Pierre L. van den Berghe sebagai sebagai sifat dasar dari suatu masyarakat majemuk, yaitu: 1) Adanya bentuk-bentuk dalam kedalam kelompok yang memiliki sub kebudayaan yang berbeda, 2) Memiliki struktur sosial yang dan lembaga yang bersifat non parlementer, 3) Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar, 4) Seringannya konflik antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. 5) Secara relative integrasi sosial tumbuh karena paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi, 6) adanya dominasi pilitik oleh suatu kelompok atas kelompok lain.
Setelah masa revolusi kemerdekaan tidaklah sama dengan pada masa Hindia-Belanda masyarakat Indonesia setelah revolusi perbedaanya atau kemajemukanya lebih bersifat internal dalam golongan Pribumi, dalam golongan Pribumi atau masyarakat Indonesia sendiri mengalami pluralisme yang cukup beragam. Kemajemukan masyarakat Indonesia yang bersifat horizontal yang mempengaruhi pluralisme dalam masyarakat Indonesia mempunyai faktor-faktor antara lain, yakni.
Factor yang pertama yang menyebabkan keberagama masyarakat Indonesia adalah adanya keadaan wilayah Indonesia diatas kurang lebih 3.000 pulau yang tersebar di seluruh Indonesia sepanjang 3.000 mil dari Timur ke Barat dan lebih dari 1.000 mil dari Utara ke Selatan, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terciptanya pluralisme suku bangsa di Indonesia yang sekarang, suku bangsa yan g terbesar diindonesia menurut Skinner, yakni Jawa, Sunda, Madura, Minangkabau dan bugis masing-masingg memiliki jumlah anggota 36 juta, 12,5 juta, 5 juta, 2,7 juta, dan 2,4 juta orang pada tahun 1956. Delapan suku yang lain memiliki jumlah anggota antara 750.000 sampai 2 juta orang pada tahun yang sama, termasuk Bali dengan 1,6 juta orang, Sumbawa memeiliki jumlah anggota disekitar 135.000 orang. Kendati angka tersebut untuk menggambarkan keadaan puluan tahun yang lalu, akan tetapi dengan perkiraan dengan angka kelahiran dan kemataian selama ini memiliki rata-rata bagi bagi kebanyakan suku bangsa yang ada di Indonesia.
Faktor yang kedua adalah kenyataan bahwa Indonesia terletak diantara samudera Indonesia dan samudra pasifik, sangat mempengaruhi pluralisme agama. Letak bangsa Indonesia yang strategis membuat Indonesia sering disinggahi oleh para bedagang dari belahan dunia, Indonesia yang merupakan penghasil rempah-rempah yang banyak menjadi kebutuhan masyarakat Dunia khususnya masyarakat Eropa menjadi salah satu tujuan utama perdagangan Dunia. Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia adalah kebudayaan Hindu dan Budha dari India sejak 400 tahun sesudah masehi, Hindu dan Budha mempengaruhi budaya bangsa Indonesia yang akhirnya terjadi asimilasi kebudayaan yang melebur menjadi satu budaya yang baru, di pulau Jawa dan Bali Agama Hindu dan Budha tertanam dengan kuat sampai sekarang. Pengaruh budaya Islam mulai memeasuku masyarakat Indonesia sejak abad ke-15 pengaruh agama Islam dapat ditrima dan tertancap dimana agama Hindu dan Budha tidak cukup kuat mempengaruhi masyarkat daerah tersebut, seperti Sumatra, Banten, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kebudyaan barat mulai memasuki masyarakat Indonesia melalui kedatangan bangsa Portugis pada permulaan abad ke-16. Sebenarnya kedatangan mereka ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah di daerah kepulauan Maluku, kegiatan tersebut akhirnya menanamkan nilai-nilai agama yaitu agama Katolik didaerah tersebut, Portugis yang keluar dari daerah tersebut kira-kira tahun 1600-an, maka pengaruh agama katolik digantikan dengan Potestan. Belandalah yang sebenarnaya menancapkan nilai-nilai agama Protestan karena sikapnya yang lebih lunak. Semua dari pengaruh agama tersebut terpecah-pecah kedalam beberapa daerah di Indonesia seperti didaerah luar jawa timbulnya golongan islam yang modernis di daerah Jawa Timur, sedngkan golongan-golongan islam yang tradisional berada di daerah-daerah pedalaman Jawa Timur dan Jawa Tengah, golongan agama Kristen (Katolik dan Protestan) di daerah Sulawesi Utara, Maluku, NTT, Tapanuli dan Sedikit daerah Kalimantan Tengah. Golongan Hindu ( Hindu-Darma) terutama di pulau Bali.
Faktor yang ketiga adalah factor Iklim yang berbeda-beda dan struktur tanah yang tidak sama diantara daerah diseluruh di Indonesia, ini adalah faktor yang menyebabkan pluralitas yang ada dalam masyarakat Indonesia. Perbedaan curah hujan dan kondisi tanah yang meanyebabkan tercptanya dua macam lingkungan yang ekologis yang berada di Indonesia, yakni daerah pertanian dan daerah perkebunan perbedaan lingkungan ekologis tersebut yang menimbulkan kontras antara Jawa dan luar Jawa dalam bidang kependudukan, ekonomi, dan sosial-budaya. Kontras tersebut juga mempengaruhi pengadaan pangan yang mengpengaruhi keseluruhan pola perekonomian kedua daerah tersebut. Pulau Jawa dan Madura hanya memiliki luas daerah 132.174,00 kilometer persegi dengan kepadatan 314 pada tahun 1930 dan 455 pada tahun 1961, tidah cukup untuk pemilikan lahan pertanian yang cukup luas. Dengan tidak cukup luasnya daerah pertanian di Jawa maka Jawa sangat bergantung dengan daerah di luar Jawa dalam bidang ekonomi. Dalam pertanian dipulau Jawa yang membutuhkan sistem irigasi maka dulu pada saat pemerintahan Hindia-Belanda, pemerintah memberi alat irigari yang denga konsekuensi harus bekerjasama dengan golongan mastarakat pertanian, seperti pemerintah mempunyai alat-alat canggih yang berguna bagi masyarakat desa untuk tetap melestarikan mata pancahariannya tersebut maka dia harus meminta tolong pada pemerintahan untuk membantunya. Keadaan seperti itupun akhirnya tercermin dan membentuk suatu perbedaan kelompok yang pada masa sekarang adanya kelompok perkotaan dan kelompok perdesaan.
Kemajemukan masyarakat Indonesia juga bersifat vertikal yang di pengaruhi fakror ekomoni dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang saling melengkapi antara sector ekonomi modern dan ekomoni kota. Perbedaan antara kedua sector itu yang membawa kedua struktur yang pada akhirnya berakar dalam perbedaan antara struktur ekomoni kota yang cenderung bersifat modern dan struktur ekomoni desa yang bersifat tradisional, dari sinilah terjadi jarak antara keduanya yang akhirnya terbagi menjadi dua bagian yaitu antara kelompok orang modern dan orang tradisional yang semakin menimbulkan perbedaan secara vertical dalam kemajemukan masyarakat Indonesia. Stratifikasi antara golongan atas dan bawah timbul karena kontras antara keduanya dalam factor ekonomi. Dalam tingkat nasional perbedaan yang berakar ini apabila tidak cepat diatasi akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan yang ujungnya akan mempengaruhi proses pengintegrasian yang sedang dilakukan antara keduanya. Kemajemukan yang bersifat vertikal inilah yang paling banyak menjadi sumberkonflik dalam masyarakat sekarang ini yang dapat mengganggu kestabilan sistem sosial masyarakat Indonesia.
D. Teori
D.1 Teori fungsional struktural (Talcott Parsons)
Robert Nisbet menyatakan : "Jelas bahwa fungsionalisme structural adalah satu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang" (Turner dan Mayarski, 1979).
Teori ini ialah sudut pendekatan yang menganggap bahwa masyarakat pada dasarnya , terintegrasi di atas dasar kata sepakat para anggotanya akan nilai, norma dan aturan kemasyarakatan tertentu, suatu general agreements yang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota masyarakat.
Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk ekuilibrium. Karena sifatnya demikian, maka aliran pemikiran ini disebut sebagai integration approach, order approach, equilibrium approach atau lebih populer disebut structural-functional approach .
D.2 Anggapan dasar teori fungsional struktural
Anggapan atau teori dasar, teori dasarnya yaitu :
1. Masyarakat adalah suatu sistem dari bagian-bagian yang saling berhubungan
2. Hubungan dalam masyarakat bersifat ganda dan timbal balik (saling mempengaruhi)
3. Secara fundamental,sistem sosial cenderung bergerak kearah equilibrium dan bersifat dinamis
4. Disfungsi/ketegangan sosial/ penyimpangan pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaian dan proses institusionalisasi
5. Perubahan-perubahan dalam sistem sosial bersifat gradual melalui penyesuaian. Bukan bersifat revolusioner
6. perubahan terjadi melalui 3 macam kemungkinan:
7. Pentesuaian system sosial terhadap perubahan dari luar (extra systemic change)
8. Pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsional
9. Pememuan baru oleh anggota masayarakat
10. Faktor terpenting dalam INTEGRASI adalah KONSENSUS
Pendekatan Fungsionalisme Struktural awalnya muncul dari cara melihat masyarakat dengan dianalogikan sebagai organisma biologis. Auguste Comte dan Herbert Spencer melihat adanya interdependensi antara organ-organ tubuh kita yang kemudian dianalogikan dengan masyarakat. Sebagaimana alasan-alasan yang dikemukakan Herbert Spencer sehingga mangatakan masyarakat sebagai organisma sosial adalah:
a. Masyarakat itu tumbuh dan berkembang dari yang sederhana ke yang kompleks
b. Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat berjalan secara perlahan atau evolusioner
c. Walaupun institusi sosial bertambah banyak, hubungan antarsatu dan lainnya tetap dipertahankan kerena semua institusi itu berkembang dari institusi yang sama
d. Seperti halnya bagian dalam organism biologi, bagian-bagian dalam organisma sosial itu memiliki sistemnya sendiri (subsistem) yang dalam beberapa hal tertentu dia berdikari.
Pokok pikiran inilah yang melatar belakangi lahirnya pendekatan fungsionalisme-struktural yang kemudian mencapai tingkat perkembangannya yang sangat berpengaruh dalam sosiologi Amerika, khususnya di dalam pemikiran Talcott Parsons (1902-1979).
Dengan kata lain, suatu sistem sosial, pada dasarnya tidak lain adalah suatu sistem dari tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, yang tumbuh berkembang tidak secara kebetulan, namun tumbuh dan berkembang di atas consensus, di atas standar penilaian umum masyarakat. Yang paling penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut adalah norma-norma sosial. Norma-norma sosial itulah yang membentuk struktur sosial.
Sistem nilai ini, selain menjadi sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial, juga merupakan unsur yang menstabilir sistem sosial budaya itu sendiri.
Oleh karena setiap orang menganut dan mengikuti pengertian-pengertian yang sama mengenai situasi-situasi tertentu dalam bentuk norma-norma sosial, maka tingkah laku mereka kemudian terjalin sedemikian rupa ke dalam bentuk suatu struktur sosial tertentu. Kemudian pengaturan interaksi sosial di antara mereka dapat terjadi karena komitmen mereka terhadap norma-norma yang mampu mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan individu. Dua macam mekanisme sosial yang paling penting di mana hasrat-hasrat para anggota masyarakat dapat dikendalikan pada tingkat dan arah menuju terpeliharanya sistem sosial adalah mekanisme sosialisasi dan pengawasan sosial (social control).
E. Analisis
Dalam teory yang di gunakan oleh Person yaitu tentang pendekatan fungsional struktural sebenarnya masyarakat pada dasarnya , terintegrasi di atas dasar kata sepakat para anggotanya akan nilai, norma dan aturan kemasyarakatan tertentu, suatu general agreements yang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota masyarakat. Dengan adanya masyarakat indonesia yang memiliki system sosial yang majemuk yang beragam baik secara vertical maupun horizontal yang di kenal dengan SARA (suku, agama, ras, ) yang semua itu ada dalam negara Indonesia semua itu tidak dapat di hindari tapi harus dihargain, karena negara kita dapat terbentuk dengan SARA tersebut, di sini kemampuan proses sosial yang kita kenal dalam bentuk, interaksi dapat mejadi alat dalam mengatasi perbedaan tesebut dengan adanya keseimbangan dalam interaksi maka system sosial Indonesia akan bergerak kea rah equilibrium yang menginginkan kedamaian yang abadi, dengan berpatokan kepada teory pendekatan fungsional struktural maka pada hakikatnya masyarakat akan melakukan suatu interaksi dalam kehidupannya yang menginginkan kehidupan yang sejahtera dan aman yang nantinya dapat memudahkan kehidupannya dari situlah timbul adanya kesepakatan bersama yang mengikat mereka dan pada akhirnya dapat mengintegarasikan mereka dalam system sosial yang telah di sepakati tersebut. Faktor yang paling penting dalam pengintegrasian suatu sistem sosial di Indonesia adalah nilai-nilai yang dianut masyarakat itu sendiri mereka yang menganggap nilai tersebut sebau nilai mutlak yang harus dijalankan, nilai-nilai tersebut yang menjadikan masyarakat terintegrasi dengan sendirinya dan menstabilkan system sosial budaya. Dengan menggunakan asumsi dasar yanga ada dalam pendekatan fungsional struktural maka kita akan dapat menganalisis system sosial Indonesia yang majemuk dengan mengnakan interaksi sebagai alat kesetabilan system sosial.
1. Masyarakat Indonesia adalah suatu bagian yang saling berhubungan, disi yang dimaksud saling berhubungan yaitu adanya suatu kebutuhan bersama yang mendorang untuk melakukan interaksi antara satu individu dengan individu yang lain dengan tidak memperdulikan apakah indiividu tersebut satu kelompok atau berbeda SARA.
2. Dengan adanya interaksi sosial dalam masyarakat Indonesia maka hubungan masyarakat menjadi timbale balik dan saling mempengaruhi satu sama lain
3. Sistem sosial dalam pendekatan fungsional struktural dalam masyarakat majemuk cenderung menujua keseimbangan yaitu ingin tercapai kstabilan sosial
4. Dengan adanya interaksi dalam membentuk suatu kesepakatan maka adanya perbedaan atau masalah sosial dapat teratasi dengan sendirinya karena, setiap individu telah terikat dalam nilai-nilai yang telah di sepakati bersama sebelumnya.
5. Apabila ada suatu perubahan yang di pengaruhi dari dalam maupun luar hanya bersifat kecil atau gradual yang aka disesuakain oleh system sosial yang telah dianut bersama.
6. Proses sosial dalam bentuk interaksi sosial akan dapat mengintegarasikan masyarakat Indonesia yang majemuk dalam kata sepakat.
Dengan mengadopsi proses sosial yang berbentuk interaksi sosial yang digunakan sebagai alat dalam menyeinbangkan system sosial yang dipandang dengan teory pendekatan fungsional struktural maka system sosial Indonesia yang majemuk akan berjalan dengan stabil meskipun ada masalah makn masalah itu mudah untuk diatasi dengan menggunakan lembaga-lembaga yang ada dalm system sosial tersebut melalui proses interaksi.
F. Kesimpulan
Keadaan bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam budaya, ras, agama, suku yang semua itu di pengaruhi oleh keadaan geografis, letak Indonesia antara samodera dan samodera Pasifik (pusat lalu lintas perdagangan dan persebaran agama), iklim yang berbeda (berakibat plural secara regional), curah hujan dan kesuburan tanah yang berbeda (pluralism lingkungan ekologis), peranian sawah di Jawa dan Bali, petanian lading di luar Jawa, yang pada akhirnya menimbulkan perbedaan yang ada di atas bumi Indonesia, dengan adanya perbedaan yang cukup beragam maka timbul berbagi kelompok sosial yang cukup banyak yang apabila dari masing-masing kelompok tersebut tidak dapat menghargai perbedaan yang ada maka akan rawan terjadinya konflik yang dapat menganggu kestabilan system system sosial Indonesia yang majemuk tersebut yang lama-kelamaan akan merusak integrasin persatuan nasional bangsa Indonesia, disni proses sosial yang ada dalam massyarakat majemuk dimanfaatkan sebagai alat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul karena adanya perbedaan tesebut dengan bentuk interaksi sosial yang disitu banyak bentuk interaksi sosial yang bersifat membangun dalammengatasi perbedaan yang ada. Interaksi sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia yang majemuk tidak dapat dilakukan dengan serta-merta tetapi dengan menggunakan teory fungsional struktural. Dengan teory ini proses sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia yang majemuk diadopsi menjadi alat yang cukup ampuh dalam mengatasi permasalahan perbedaan yang sekaligus dapat mengintegrasikan masyarakat Indonesia yang majemuk, dengan jalan adanya interaksi diantara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat untuk mewujudkan kesetabilan system sosial dengan kata sepakat diantara mereka, dengan begitu maka dalam kehidupan sosialnya masyarakat Indonesia yang majemuk akan terikat oleh kata sepakat terebut baik langsung maupun tidak langsung yang brpedoman terhadap nilai-nilai yang telah diseoakati sebelumnya. Dan secara tidak langsung masyarakat Indonesia kan bergerak kearah keseimbangan yang pada akhirnya dapat mengintegrasikan mereka.
Daftar Pustaka
Waridah Q, Siti. Sukardi,J. Isdiyono. Sosiologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.2004.
Nasikun. Sistem sosial Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2009.
Sahara, Siti dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK Press. 2008.
Poloma, Margaret. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: CV. Rajawali. 1984.
Ravo, Bernand. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:Prestasi Pustaka. 2007.
Ritzer, Georgre dan Goodman, Douglas.Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana. 2007.
Turner, Jonathan. The Structure of Sociological Theory. California: Wadsworth Publishing Company, 1991.
Paul Johson, Doyle. Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Di indonesiakan oleh Robert M.Z. Lawang). Jakarta: PT. Gramedia. 198
0 Comments